Senin, 29 Desember 2008

isi SKB 4 mentri

Belum tuntas kisruh dan ketidakberpihakan pemerintah terhadap buruh dalam masalah outsourcing dan karyawan kontrak kini pemerintah kembali membuat kebijakan yang dinilai banyak pihak terutama kaum buruh sangat tidak berpihak dan merugikan pekerja.

Berikut ini isi dari SKB 4 menteri (yang kembali merugikan buruh) itu :

Daftar Aturan Baru Upah Buruh
Suhendra - detikFinance

Jakarta - Pemerintah resmi menerbitkan aturan baru mengenai upah minimum buruh. Penetapan upah tidak lagi melibatkan pemerintah tapi negosiasi langsung antara pengusaha dan buruh (bipartit).

Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menetri itu ditandatangani oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Putusan 4 SKB itu berdasarkan aturan PER.16/MEN/X/2008, 49/2008, 922.1/M-IND/10/2008 dan 39/M-DAG/PER/10/2008 per tanggal 22 Oktober 2008. Nama SKB itu adalah ‘Pemeliharaan momentum pertumbuhan ekonomi nasional dalam mengantisipasi perkembangan perekonomian global‘.Berikut poin-poin dalam SKB 4 menteri itu yang akan menentukan upah buruh:

Pasal 1
Dalam menghadapi dampak krisis perekonomian global, pemerintah melakukan berbagai upaya agar ketenangan berusaha dan bekerja tidak terganggu.

Pasal 2
Upaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah sebagai berikut:

a. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan:

Konsolidasi unsur pekerja/buruh dan pengusaha melalui forum LKS tripartit nasional dan daerah serta dewan pengupahan nasional dan daerah agar merumuskan rekomendasi penetapan upah minimum yang mendukung kelangsungan berusaha dan ketenangan bekerja dengan senantiasa memperhatikan kemampuan dunia usaha khususnya usaha padat karya dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Upaya mendorong komunikasi bipartit yang efektif antar unsur pekerja/buruh dan pengusaha di perusahaan.
Upaya meningkatkan efektivitas mediasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara cepat dan berkeadilan serta pencegahan terjadinya pemutusan hubungan kerja.
b. Menteri Dalam Negeri melakukan:

Upaya agar gubernur dan bupati/walikota dalam menetapkan segala kebijakan ketenagakerjaan di wilayahnya mendukung kelangsungan berusaha dan ketenangan bekerja, termasuk meningkatkan komunikasi yang efektif dalam lembaga kerjasama tripartit daerah, dan dewan pengupahan daerah.
Upaya agar gubernur dalam menetapkan upah minimum dan segala kebijakan ketenagakerjaan di wilayahnya mendukung kelangsungan berusaha dan ketenagakerjaan dengan senantiasa memperhatikan kemampuan dunia usaha khususnya usaha padat karya dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Upaya gubernur dan bupati/walikota mengoptimalkan peran, fungsi dan pelaksanaan tugas pejabat fungsional ketenagakerjaan dan lembaga-lembaga ketenagakerjaan lainnya.
c. Menteri Perindustrian melakukan:

Mendorong efisiensi proses produksi, optimalisasi kapasitas produksi dan daya saing produk industri.
Menyusun kebijakan penggunaan produksi dalam negeri dan melaksanakan monitoring pelaksanaannya.
d. Menteri Perdagangan melakukan:

Upaya peningkatan pencegahan dan penangkalan penyelundupan barang-barang dari luar negeri.
Memperkuat pasar dalam negeri dan promosi penggunaan produk dalam negeri.
Mendorong ekspor hasil industri padat karya.
Pasal 3
Gubernur dalam menetapkan upah minimum mengupayakan agar tidak melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Pasal 4
Tindak lanjut peraturan bersama ini dilakukan oleh masing-masing menteri.

Pasal 5
Peraturan bersama ini mulai ditetapkan berlaku sejak ditetapkan.
(hen/ir)

(sumber : detikfinance)


Bila sampean perhatikan kalimat yang saya block merah dapat disimpulkan bahwa :

Pemerintah tidak lagi ikut campur tangan dalam penentuan upah minimum propinsi.Semuanya diserahkan kepada pengusaha dan pekerja lewat LKS tripartit.
Gubernur ‘diminta’ melihat kepentingan keberlangsungan usaha (para pengusaha) dalam menetapkan upah minimum.
Dalam menentukan upah minimum Gubernur ‘diminta’ untuk TIDAK BOLEH melebihi pertumbuhan ekonomi nasional which is hanya sekitar 6 persen untuk tahun 2009 mendatang.
Nah,kalau sudah begini makin ‘diperas’lah kami-kami ini kaum buruh.Memang kalau dilihat secara sekilas pemerintah mengeluarkan SKB ini demi tujuan yang (kelihatan) mulia - menyelamatkan dunia usaha dalam menghadapi krisis global.Akan tetapi dengan alasan demi menyelamatkan dunia usaha lagi-lagi buruhlah yang harus jadi korban.

Sekali lagi pemerintah terkesan lebih senang ‘menyelamatkan’ para pengusaha daripada rakyat kecil.”Yeialah mereka kan ngasih ‘upeti’ ke kita nah lu buruh ngasih apa ke kita?”mungkin itulah yang ada di benak bapak-bapak dan ibu-ibu menteri kita di atas sana (semoga saja ini salah).Lagian,Sudah jadi rahasia umum bahwa LKS tripartit atau forum bipartit pada umumnya tidak berjalan dengan baik.

Kalau memang urusan upah minimum ini diserahkan kepada pengusaha dan masih ditambahi lagi dengan himbauan agar tidak melebihi pertumbuhan ekonomi yang hanya 6 persen itu maka semakin tidak sejahteralah buruh-buruh di seluruh Indonesia ini.Tujuan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan pun hanya akan menjadi angan-angan di langit yang tinggi.

Satu lagi,kalau memang kenaikan upah minimum tidak boleh lebih dari 6 persen lalu apakah hal ini sudah mencapai tingkat pendapatan untuk Kebutuhan Hidup Layak (KHL)?saya rasa tidak.Padahal dalam Permenakertrans No.17 tahun 2005 disebutkan bahwa penetapan upah minimum sesuai Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Nah bingung kan?tahun 2005 Menakertrans ‘bilang’ bahwa upah minimum harus sesuai biaya KHL.Lah,sekarang menakertrans dan 3 menteri lainnya ‘bilang’ upah minimum tahun depan jangan sampai melebihi pertumbuhan ekonomi yang 6 persen itu.Apa itu tidak ‘menabrak’ peraturan sendiri namanya?

Sebagai contoh,upah minimum Jakarta tahun ini sebesar Rp 972.604, 80 sedangkan KHL DKI Jakarta tahun ini sudah mencapai Rp 1.300.000,00.Kalau tahun depan kenaikan upah minimum hanya 6 persen berarti hanya menjadi Rp 1.039.610,00 dong?bahkan masih jauh dari KHL tahun ini.

Oh buruh Indonesia,kasihan sekali nasibmu,outsorcing,sistem kontrak,upah yang minim…..lengkaplah penderitaanmu.

‘SALAM PERJUANGAN UNTUK BURUH SELURUH INDONESIA.’

Minggu, 16 November 2008

Pengelasan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Teknik Tata Cara dan Pengendalian Kerja dengan judul “Pengukuran Waktu Mengelas dengan Menggunakan Pengukuran Kerja Teknik Tidak Langsung ” di bengkel Las Mitra Jaya.
Penyusunan tugas ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mengikuti program pembelajaran perkuliahan pada Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik.
Disadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas ini bukan semata hasil kerja keras penyusun, tetapi juga berkat bimbingan Eko Budi Leksono,ST.MT selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dalam penyusunan tugas, untuk itu menyampaikan banyak terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan atas perhatiannya mengucapkan terima kasih.





BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Perekonomian Indonesia yang mulai membaik saat ini memberikan peluang dan kesempatan untuk dapat berkembang dan memperbaiki kondidi usaha kecil pasda pengelasan las listrik, las karbit dan asitilin yang mengalami sedikit guncangan sebagai dari akibat krisis moneter itu yang berkepanjangan. Salah satu dampak krisis moneter itu adalah kenaikan harga bahan bakar gas O2 yang tek terkendali, sehingga menyebabkan usaha kecil yang menggunakan bahan bakar gas O2 berpengaruh langsung pada biaya produksi. Persaingan yang mewarnai perkembangan dunia usaha dampak adanya pasar global yang memaksa usaha kecil untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
Uasaha kecil pada Las Listrik membutuhkan tenaga listrik yang cukup besar untuk dapat beroperasi secara efisien, bekitu pula dengan las Karbit yang bercampur dengan Asitilin O2 , Las Gas/Karbit adalah proses pengelasan yang mengunakan gas, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak mengunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.
Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2. Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan buah.
Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah
CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit, asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang diperlukan dalam pengelasan.




BAB II
Pembahasan

1.1 Pengkutuban Elektroda
1. Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung ini, kabel elektroda dipasang pada terminal negative (-) dan kabel massa pada terminal positif (+). Pengkutuban langsung sering disebutserkuit las listrik dengan
elektroda negative (DC ¯ ).


2.Pengkutuban Terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik elektroda positif (DC+)

3.Pengaruh Pengkutuban Pada Hasil Las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pengelasan tergantung kepada :
a. Jenis bahan dasar yang akan dilas
b. Jenis elektroda yang dipergunakan


Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal, pengkutuban terbalik akan menghasilkan penembusan yang dalam. Pada arus bolak-balik (AC), penembusan yang menghasilkan dapat dangkal dan dapat dalam, atau antara keduanya.

1.2 PERALATAN LAS LISTRIK
Peralatan las listrik ini terdiri dari :
a. Pesawat las,
b. Alat-alat bantu las,
c. Perlengkapan keselamatan kerja,
d. Elektroda.

A. Pesawat Las
Jika ditinjau dari arus yang ke luar, pesawat las dapat digolongkan menjadi :
1) Pesawat las arus bolak-balik (AC),
2) Pesawat las arus searah (DC),
3) Pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC), yang merupakan gabungan dari pesawat AC dan DC.
1) Pesawat Las Arus bBolak-Balik (AC)
Pesawat las jenis ini terdiri dari transformator yang dihubungkan dengan jala PLN atau dengan pembangkit listrik, motor disel, atau motor bensin. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500 ampere. Sedangkan voltase (tegangan) yang ke luar dari pesawat trafo ini antara 36 sampai 70 volt, dan ini bervariasi menurut pabrik yang mengeluarkan pesawat las trafo ini. Gambar memperlihatkan salah satu jenis pesawat las transformator AC.
2) Pesawat Las Arus Searah (DC)
Pesawat ini dapat berupa pesawat tranformator rectifier, pembangkit listrik motor disel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakan oleh motor listrik digerakkan oleh motor listrik (motor generator).



3) Pesawat Las AC-DC
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah. Dengan pesawat ini akn lebih banyak kemungkinan pemakainya karena arus yang keluar dapat searah maupun bolak-balik (AC-DC). Pesawat las jenis ini mialnya tranformator rectifier maupun pembangkit listrik motor disel.

B. Alat-alat bantu Las
Pada pengelasan terdapat alat bantu yang terdiri dari :
1) Kabel las,
2) Pemegang elektroda,
3) Palu las,
4) Sikat kawat,
5) Klem masa,
6) Penjepit.
1. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dengan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga macam, yaitu :
a. Kabel elektroda , yaitu kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
b. Kabel masa, yaitu yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.
c. Kabel tenaga, yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan lisrtik dengan pesawat las.
Tabel ukuran kabel las (mm²)

2. Pemegang Elektroda
Ujung yang berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Ini terdiri dari mulut penjepit dan pemegang yang dibungkus oleh bahan penyekat (biasanya dari embonit).
3. Palu Las
Palu ini digunakan untuk melepaskan dan mngeluarkan terak las pada jalur las dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Gunakanlah kaca mata terng pada waktu poembersihan terak, sebeb dapat memercikan pada mata.
4. Sikat Kawat
Sikat kawat digunakan untuk :
a. Membersihkan benda kerja yang akan dilas,
b. Membersihkan terak las yang sudah dilepas dari jalur las oleh pukulan palu las
5. Klem massa
Ini adalah alat untuk menghubungkan kabel masa ke benda kerja. Terbuat dari bahan yang menghantar dengan baik (tembaga). Klem masa dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang dapat menjepit benda kerja dengan baik. Tempat yang dijepit harus bersih dari kotoran (karet, cat, minyak dan sebagainya).
6. Penjepit
Ini digubakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas sehabis pengelaan.

C. Perlengkapan keselamatan Kerja
Pada perlengkapan keselamatan kerja terdiri dari :
1. Helm las (topeng las),
2. Tarung tangan
3. Baju las (apron)
4. Sepatu las
5. Kamar las

1. Helem Las (Topeng Las)
Gunanya untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (ultra violet dan infra merah).
Sinar las yang terang itu tidak boleh dilihat dengan mata langsung sampai jarak 15 meter.Kaca dari helem las atau topeng las adalah khusus yang dapat mengurangi sinar las tersebut. Dan melindungi kaca khusus tersebut dari percikan las, dipakailah kaca kaca bening pada bagian luarnya.
2. Sarung tangan
Dibuat dari kulit atau asbes lunak. Untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas, sarung tangan ini selalu harus dipakai.
3. Baju Las (Apron)
Dibuat dari kulit atau asbes. Baju las yang lengkap dapat melindungi badan dan sebagaian kaki. Untuk pengelasan posisi di atas kepala harus memakai baju las yang lengkap. Sedangkan pengelasan lainya cukup menggunakan apron.
4. Sepatu Las
Berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Jika tidak ada sepatu las, pakailah sepatu biasa yang rapat, jangan sampai mudah kemasukan percikan bunga api.
5. Kamar Las
Kamar las dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting, yaitu agar orang yang ada di sekitar tidak terganggu oleh bahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dengan sistem ventilasi. Kamaar las dilengkapi dengan meja las yang bebas dari bahaya kebakaran. Di sekitar kamar las ditempatkan alat pemadam kebakaran dan pasir.
D. Elektroda
Elektroda yang dipergunakan pad alas busur mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Diantaranya adalah elektroda berselaput . Pada elektroda ini pengelasan fluksi pada kawat inti dapat dengan cara destruksi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm.


1. Jenis – jenis Selaput Fluksi Elektroda
Bahan untuk selaput fluksi elektroda tergantung pada kegunaanya, yaitu antara lain selulosa, kalium karbonat, tintanikum dioksida, kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silicon, besi mangan dan sebagainya, dengan persentase yang berbeda-beda untuk tiap jenis elektroda.
2. Tebal selaput
Tergantung dari jenisnya, tebal selaput elektroda antara 10% sampai 50% dari diameter elektroda. Pada waktu pengelasan selaput elektroda ini nakan ikut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik, dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandunng O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak akan tereapung dadn membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
1.3 Memilih Besar Arus Listrik
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam-macam elektroda las.
Tabel Besar arus dalam ampere dan diameter (mm )

Keterangan :
a. E menyatakan elektroda
b. Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit las dalam ribuan dengan 1b/inchi²
c. Angka ketiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
- Angka (1) untuk pengelasan segala posisi,
- Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan.
d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan

Dasar- dasar Las Gas
Las gas, yang dilapangann lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gasa Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Aetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini nmemiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG), methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur. Seperti disebut diatas, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bpencampuran dengan gas Oksigen. Jika gas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit). Dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Jadi penyebutan nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.
Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit. Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yan sama. Untuk dapat melakukan pengelasan dengan car alas gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekana gas), selang gas dan torch (brander). Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanna tertentu, mengalir menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel membentuk nyala api denagn intensitas tertentu

1.4 Peralatan dalam Proses Las Gas
Proses las gas (dibuku ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang dimaksud adalah las yang melibatkann campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai secar manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas sambungan nantinya akan diperngaruhi oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.
Sebenarnya suadah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja hal itu dilaarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas ambungan yang lebih baik. Dengan system yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan apada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana pada sitem itu kecepatan pemotongn dapat diatur.
Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las. Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang baik. Nyala api dari hasil reaksi gas Oksigen dan gas bahan bakar tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan mengelas saja. Lebih dari itu, nyala api dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, seperti :
1. Operasi branzing ( flame brazing )
Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambunngan tanpa mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
2. Operasi pemotongan logam ( flame cutting )
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting (shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam

Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini denngan peralatan khusus misalnya mengganti torch nya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.
3. Operasi perluasan / pencukilan (flame gauging)
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.


4.Operasi pelurusan (flame straightening)
Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang.

Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar menghasilkan pengkerutan yang besar pula.
Prinsip Pemuaian dan Pengkerutan Logam Las Gas Asetilen
A. Peralatan
Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun fungsi lainya dari proses las gas maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas iniadalah :
1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar,
2. Katup silinder/tabung,
3. Regulator,
4. Selang gas,
5. Torch,
6. Peralatan pengaman
1. Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung.
Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu. Table berikut ini menunjukan kode warna tabung gas untuk berbagai jenis warna.

2. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material Baja.
3. Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator. Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.
4. Selang Gas
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang.

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :
a. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
b. Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
1. Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur.
Dibedakan atas :
> Injector torch (tekanan rendah)
Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.
>Equal pressure torch (torch bertekanan sama)
Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.
2. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas :
- Toch normal
- Torch ringan/kecil
3. Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas :
- Torch nyala api tunggal
- Torch nyala api jamak
4. Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas :
- Torch untuk gas asetilen
- Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.
5. Menurut aplikasi. Dibedakan atas :
- Torch manual
- Torch otomatik/semi otomatik.

BAB III
Penghitungan Data dengan Menggunakan Pengukuran Kerja Teknik Tidak Langsung
Data yang diperoleh dengan menggunakan Stopwatch
Elemen kerja

Dengan rumus penetapan empirius untuk menghitung waktu pengelasan T= 0,014 L, panjang pada pengelasan penyambungan plat logam Horizontal sebesar 15 cm
Maka perhitungan yang di peroleh : T = 0,014 x 15 = 0,21 menit
Tabel dalam kelas
No ( n )
Banyak kls (unit) X
Waktu (menit) Y
X2
X.Y
1
2
60
4
120
2
3
75
9
225
3
5
120
25
600

10
255
38
925

Dengan menggunakan Metode Analisis Regresi
A ( ∑ y . ∑ x2 ) – ( ∑ x . ∑ x y ) B (n . ∑ x y ) – ( ∑ x . ∑ y )
( n . ∑ x2 ) – ( ∑ x )2 ( ∑ y )2 – (n. ∑ x 2 )
= ( 255 . 38 ) – ( 10 . 255 ) = ( 3 . 925 ) – ( 10 . 255 )
( 3 . 38 ) – ( 100 ) ( 65025 ) – ( 3 . 38 )
= 9690 – 2550 = 510 menit = 2775 – 2550 = 0.0035 menit
14 64911

MATRIK DETERMINAN

13.1. Determinan

Determinan sebuah matrix bujur sangkar adalah nilai real yang dihitung dari berdasarkan nilai elemen-elemennya, menurut rumus tertentu. Jika nilai determinan itu nol, matrix bujur sangkar tersebut singular, artinya tidak memiliki invers.

Untuk matrix A  R2x2,

det (A) = det(0)= a11 a22 - a21 a12

sedang untuk A  R3x3,

det (A) = det(0)

= + a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32

- a31a22a13 - a32a23a11 - a33a21a12

Tidaklah sulit untuk menghafalkan kedua rumus ini.

Nilai determinan sembarang matrix A  Rnxn, det (A) dihitung lewat expansinya atas kofaktor-kofaktornya. Ekspansi atas dasar sembarang baris i menghasilkan

det (A) = 0

dengan kofaktor didefinisikan sebagai berikut

kof (i,j) = (-1)i+j det (Aij).

Disini Aij adalah matrix A dengan elemen-elemen baris i dan elemen-elemen kolom j dibuang. Sebagai contoh, matrix

A = 0

diexpansi atas dasar baris 3. Nilai determinan adalah

det (A) = a31 kof(3,1) + a32 kof(3,2) + a33 kof(3,3) + a34 kof(3,4).

Dalam hal ini,

kof (3,1) = (-1)3+1 det(0)

kof (3,2) = (-1)3+2 det(0)

kof (3,3) = (-1)3+3 det(0)

kof (3,4) = (-1)3+4 det(0)

Jika dilanjutkan, akan diketemukan det(A) = -216. Expansi atas dasar baris atau kolom lain haruslah menghasilkan hasil yang sama, karena

det(A) = det(AT).

Rumus expansi atas dasar kofaktor itu mengisyaratkan, bahwa seyogyanya expansi dilakukan atas dasar baris atau kolom yang paling banyak mengandung elemen dengan nilai nol. Atas dasar itu dengan mudah dapat ditunjukkan, bahwa determinan matrix segitiga adalah sama dengan perkalian nilai elemen-elemen diagonalnya.


13.2. Sifat determinan

Sifat determinan yang penting adalah dibawah ini:

det(A) =  det(A)

det(AB) = det(A) det(B)

det(A+B)  det(A) det(B)

Jika sembarang dua baris dipertukarkan tempatnya, nilai determinan berubah tanda.

Nilai determinan tidak berubah, jika elemen-elemen sebuah baris ditambah atau dikurangi dengan suatu kelipatan nilai real dari

elemen - elemen dari sembarang baris lain.

Karena det(A) = det(AT), kata “baris” dalam sifat (4) dan (5) dapat diganti dengan kata “kolom”.

Sifat (5) sering dipakai untuk mengevaluasi nilai determinan sebuah matrix. Jika dengan bantuan sifat (5) dapat ditunjukkan, bahwa matrix (asli) telah berubah sehingga semua elemen-elemen dalam salah satu baris atau salah satu kolomnya bernilai nol, maka nilai determinan adalah nol. Sebaliknya, jika situasi seperti itu tidak pernah dicapai, maka dikatakan bahwa kolom-kolom atau baris-baris matrix (asli) membentuk himpunan vektor yang secara linear bebas satu sama lain (“linearly independent”).

Sebagai akibat langsung dari sifat (2), jika A = LU, dengan L dan U diperoleh dari faktorisasi Doolittle, maka

det(A) = det(L)det(U)

= det(U)

= u11  u22  u33  ...  unn.

yaitu hasil perkalian dari elemen-elemen diagonal dari U. Jadi proses faktorisasi, jika tidak mengalami kegagalan dengan sekurang-kurangnya sebuah elemen diagonal dari U bernilai nol, memberi pula nilai determinan dari matrix yang bersangkutan. Karena itu pada umumnya komputasi determinan tidak dikerjakan secara khusus.

Dalam praktek, penetapan nilai determinan juga bukan tahap komputasi yang penting, kecuali untuk kasus berikut.



13.3. Persamaan A x = 0

Tinjaulah persamaan linear A x = 0 . Diberikan A, berapa x? Tidaklah salah jika ditebak, bahwa x = 0 adalah sebuah penyelesaian. Penyelesaian ini bersifat trivial (sepele).

Apakah ada vektor x  0 yang merupakan penyelesaian persamaan linear tersebut?

Jawab atas pertanyaan ini dirumuskan dalam teorema berikut:

A x = 0 memiliki penyelesaian unik x  0 jika dan hanya jika

det(A) = 0.

Untuk membuktikannya, perhatikanlah bahwa teorema ini dapat dipecah dalam dua pernyataan:

Jika A x = 0 memiliki penyelesaian unik x  0, maka det(A) = 0.

Jika det(A) = 0, maka A x = 0 memiliki penyelesaian unik x  0 .

Kebenaran pernyataan 1 sekarang akan dapat ditunjukkan. Bertolak dari fakta bahwa “A x = 0 memiliki penyelesaian unik x  0“ maka dengan “det(A)  0” diperoleh x = A-1 0 = 0. Tetapi karena diketahui bahwa x  0 maka haruslah det(A) = 0.

Misalkan A  Rnn. Pernyataan 2 akan dibuktikan dengan argumentasi induktif. Untuk n = 1, akan dibuktikan bahwa pernyataan itu benar. Selanjutnya dengan asumsi bahwa pernyataan itu benar untuk n = k, akan dibuktikan bahwa pernyataan itu benar pula untuk n = k+1. Maka berdasarkan kedua kenyataan tersebut, disimpulkan bahwa pernyataan benar untuk semua n.

Apakah pernyataan benar untuk n = 1? Persamaan linear untuk n = 1 adalah a11 x1 = 0. Karena a11 = 0 maka a11 x1 = 0 memiliki penyelesaian unik x1  0. Jadi untuk n = 1 pernyataan itu benar adanya.


13.4. Determinan matrix (A - I)

Penetapan determinan untuk matrix (A - I) sangat kritis dalam penetapan nilai pribadi (dibahas lebih lanjut dalam Bab 9). Karena nilai itu tergantung pada , maka hanya untuk matrix ukuran kecil saja sifat-sifat determinan dapat dimanfaatkan. Untuk sembarang matrix bukur sangkar berukuran n,

det(A - I) = n + c10 c3n-2 + ... + cn-1 + cn = 0

membentuk karakteristik matrix yang bersangkutan. Koefisien-koefisien ci polinomial tersebut dapat ditetapkan dari rumus Newton:

000 = - 0

dengan i : = tr (Ai)

Untuk sembarang matrix bujur sangkar B  (bij), tr(B)  trace matrix B, yaitu jumlah elemen-elemen diagonalnya. (Ingat: tanda negatif di ruas kanan persamaan jangan dilalaikan).

Matrix ini memiliki tr(A) = 15. Berturut-turut sekarang dapat dihitung:

A2 = 0 tr(A2) =155,

A3 = 0 tr(A3) =1884,

A4 = 0 tr(A4) = 23219,

A5 = 0 tr(A5) =286555.

Dengan menyelesaikan persamaan:

00 = - 0

diperoleh

c1 = -15,

c2 = 35,

c3 = -28,

c4 = 9

c5 = -1.

Persamaan karakteristik untuk matrix ini adalah:

det(A - I) = 5 - 15 4 + 35 3 - 28 2 + 9  - 1= 0.

Tentulah, det(A - I) = 0 akan dipenuhi oleh lima buah nilai pribadi  (yang dapat berupa angka komplex). Untuk matrix ini, ternyata nilai-nilai pribadi tersebut adalah

1 = 0.2716,

2 = 0.3533,

3 = 0.5830,

4 = 1.4487,

5 = 12.3435,

yang dapat dicek dengan memasukkannya kembali ke dalam persamaan.

13.5. Teorema Cayley-Hamilton

Relasi penting telah dirumuskan dalam teorema yang diketemukan oleh Cayley dan Hamilton: “Matrix memenuhi persamaan karakteristiknya”. Maksudnya, jika dalam persamaan karakteristik,

det(A - I) = n + c1 + c2n-2 + ... + cn-1 + cn = 0

 diganti dengan A, nilai real nol diganti dengan matrix nol 0, dengan

Ao = I, maka berlaku juga relasi

An + c1An-1 + c2An-2 + ... + cn-1A + cnI = 0.

Relasi ini, antara lain karena memberi peluang kepada penetapan

A-1. Untuk maksud itu, kalikan ruas kiri dan kanan dengan A-1:

A-1 (An + c1An-1 + c2An-2 + ... + cn-1A + cnI) = A-10 = 0

Maka, melalui penataan atas suku-suku ruas kiri, dihasilkan A-1:

A-1 : = -  (An-1 + c1An-2 + c2An-3 + ... + cn-1I)


Rumus ini hanya digunakan untuk matrix ukuran kecil (mengapa?).

Diterapkan pada matrix dalam bab yang lalu, karena

c1 = -15, c2 = 35, c3 = -28, c4 = 9, dan c5 = -1, persamaan Cayley Hamilton memberi:

A-1 : = -  (A4 - 15A3 + 35 A2 -28 A + 9 I).

Hasil dimuka dapat dimanfaatkan. Pembaca diundang untuk mencek bahwa hasilnya memang dibawah ini

A-1 = 0

Relasi Cayley-Hamilton juga memberi peluang bagi penetapan sembarang fungsi matrix f(A). Sekedar untuk memberi gambaran konkrit, misalnya ingin ditetapkan f(A) 0 A100 dengan A matrix berdimensi 5 diatas. Cara yang mudah adalah meninjau fungsi skalar f() = 100. Diketahui, bahwa jika f() ibagi dengan polinomial karakteristik

(n + c1+ c2n-2 + ... + cn-1 + cn), maka tidaklah sulit untuk difahami, bahwa

f()= (n + c1 + c2n-2 + ... + cn-1 + cn)(hasil-bagi) + sisa.

Dalam rumusan ini hasil bagi adalah polinomial pangkat 100-n, dan sisa merupakan polinomial pangkat n-1 dengan bentuk umum

sisa = s1+ s2n-2 + ... + sn-1 + sn.

Koefisien polinomial sisa didapatkan langsung dari operasi pembagian tersebut. Sifat polinomial karakteristik itu membuat relasi dibawah ini benar adanya.

f() sisa = s1+ s2n-2 + ... + sn-1 + sn.

Demikian pula akibatnya, yaitu

f(A) = s1An-1+ s2An-2 + ... + sn-1A + snI.

Untuk kasus soal A100 diatas, maka sesudah n buah koefisien sisa itu didapatkan, operasi perpangkatan matrix hanya perlu dikerjakan sampai dengan pangkat 4 saja

RELAY

KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Sew beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Dan hanya dengan ridho Allah SWT, saya dapat menyusun makalah ini, walaupun masih banyak mengalami kesulitan dan kendala, namun karena terdorong oleh rasa tanggung jawab sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan tugas makalah, maka dengan segala kerendahan hati kami menyajikan makalah ini dengan judul SISTEM ELEKTONIKA RELAY

Penyusunan tugas ini merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi dalam mengikuti program pembelajaran perkuliahan pada jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresil ( UMG ).

Disadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas ini bukan semata hasil kerja keras penyusun, tetapi berkat bimbingan Nimatul Ma’muriah, M.Eng. Selaku dosen pembimbing yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tugas.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan atas perhatiannya saya ucapkan banyak terimakasih.



Definisi

Relay adalah sebuah saklar elekronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya. Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:

koil : lilitan dari relay

common : bagian yang tersambung dengan NC(dlm keadaan normal)

kontak : terdiri dari NC dan NO

Tentang Relay

Membedakan NC dengan NO:

NC(Normally Closed) : saklar dari relay yang dalam keadaan normal(relay tidak diberi tegangan) terhubung dengan common.

NO(Normally Open) : saklar dari relay yang dalam keadaan normal(relay tidak diberi tegangan) tidak terhubung dengan common.

Bagian-bagian relay dapat diketahui dengan 2 cara, yakni:

- dengan cara melihat isi dalam relay tersebut

- dengan menggunakan multimeter (Ohm)

Cara mengetahui relay tersebut masih berfungsi atau tidak dapat dilakukan dengan cara memberikan tegangan yang sesuai dengan relay tersebut pada bagian koilnya.

Jika kontaknya masih bekerja NC-->NO atau NO-->NC, maka dapat dikatakan bahwa relay tersebut masih dalam keadaan baik.

Hubungkan common dan NO jika menginginkan rangkaian ON ketika koil diberi tegangan.

Hubungkan common dan NC jika menginginkan rangkaian ON ketika koil tidak diberi tegangan.

Rangkaian relay pengontrol digunakan sebagai komponen kontrol untuk peralatan yang beroperasi dengan tegangan DC atau AC, sehingga memberikan perlindungan bila terjadi kerusakan port pada komputer. Relay magnetic ini merupakan sebuah kumparan dengan induktansi spesifik yang menyebabkan sebuah kontak atau sambungan untuk membuka atau menutup ketika arus spesifik memuatnya. Sambungan ini akan tetap pada posisinya sampai arus turun akan dikendalikan oleh program pascal.

Prosedur:

1. merangkai rangkaian dari skema berikut: relay -> db25

2. memberi sinyal high pada port parallel.

3. menutup saklar battery

4. membuka saklar battery

5. mengambil data

Data praktikum:

1. saklar battery tertutup, led menyala.

2. saklar battery terbuka, redup.

Pembahasan:

Skema di atas dimaksudkan untuk memanfaat riley sebagai saklar. Ketika arus mengalir dari port parallel dan saklar battery terhubung, led akan menyala. Namun begitu saklar dibuka, led akan redup walaupun port parallel memberi sinyal high.

Hal tersebut dikarenakan sifat magnet riley hilang ketika tidak ada arus dari battrey yang mengalir. Sehingga pin c terlepas dan koneksi terputus.

Relay adalah sebuah alat yang bekerja secara otomatis mengatur/ memasukkan suatu rangkaian listrik (rangkaian Trip atau Alarm) akibat adanya perubahan rangkaian yang lain

PERANGKAT SISTEM RELAY PROTEKSI

Relay Proteksi adalah suatu relay listrik yang digunakan untuk mengamankan peralatan peralatan listrik terhadap kondisi abnormal.

Relay Proteksi Pembangkit adalah suatu relay proteksi yang digunakan untuk mengamankan peralatan peralatan listrik seperti generator, trafo utama, trafo bantu dan motor-motor listrik pemakaian sendiri suatu pembangkit listrik

Yang dimaksud dengan perangkat sistem proteksi adalah:

Circuit Breaker/ Disconnecting Switch – PMT/PMB (Pemutus Tenaga/Pemutus Beban)

Trafo tegangan(PT/Potential Transformer) dan Trafo arus (CT/Current Transformer)

Battery Pengawatan

Fungsi dan Peranan Relay Proteksi:

Mengamankan Operasi peralatan pembangkit dari kecelakaan atau kerusakan yang fatal

Catatan Revisi:

Berhubung banyak yang mempermasalahkan penggunaan kaki relay no.30 & 87, maka diagram di bawah sudah di revisi, kaki no.30 ke accu, kaki 87 ke klakson/lampu. Banyak diantara kita yang kurang puas dengan suara klakson bawaan motor/mobil yang kurang keras/lantang, atau juga lampu standar yang kurang terang atau berdaya kecil Di toko partshop atau asesoris otomotif, banyak dijual klakson aftermarket yang suaranya bagus seperti Fiam, Hella, bosch, PIAA, Wolo, Hadley, fer, dsb. Klakson tersebut membutuhkan daya yang cukup besar, sayangnya kabel yang terpasang pada klakson standar bawaan motor/mobil tidak dapat mengakomodasi kebutuhan daya tersebut. Malah bisa jadi saklar klakson tersebut akan cepat rusak karena setiap kali ditekan, akan mengeluarkan percik api pada metal contact didalamnya yang lama kelamaan akan aus, bahkan plastik case nya akan meleleh. Begitu juga dengan pemasangan lampu yang berdaya lebih besar, akan berkasus sama dengan kasus di atas.Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kita membutuhkan bantuan komponen tambahan yaitu relay.

Relay adalah suatu komponen yang digunakan sebagai saklar penghubung/pemutus untuk arus beban yang cukup besar, dikontrol oleh sinyal listrik dengan arus yang kecil.

Dengan menggunakan relay, kabel yang menuju saklar tidak perlu kabel yang tebal, sebab arus yang terhubung ke saklar sangatlah kecil.

Banyak relay yang beredar di partshop, ada berbagai merek seperti Hella, Bosch, Omron, dsb, Saya sendiri lebih memilih untuk menggunakan relay bermerek BOSCH yang asli, begitu juga dengan socket relaynya. Berikut komponen yang diperlukan untuk project ini..

- Socket Relay merek Bosch + terminal konektornya

- Relay Bosch 4 kaki tipe “0 332 019 453”

- Fuse Box (kotak sikring) + terminal konektornya

- Fuse / Sikring yang disesuaikan dengan beban arusnya .. misalnya 10 Ampere.

- Kabel tebal serabut diameter 5mm

- Terminal Ring 10mm.

Cara Pemasang..

Ada 2 macam sistem pelistrikan untuk Klakson atau Lampu, yaitu yang dikontrol oleh tegangan positif dan tegangan negatif. Biasanya sistem yang dikontrol oleh tegangan Negatif menggunakan 2 kabel. Dimana satu kabel untuk ke positif dan satu lagi ke saklar pengontrol. Sistem yang dikontrol oleh tegangan Positif, biasanya menggunakan 1 kabel saja dari saklar pengontrol. Kabel satunya lagi mengambil negatif dari ground atau body.

Manfaat yang didapat dengan menggunakan rangkaian relay ini adalah:

- klakson akan bersuara lebih keras/lantang atau lampu akan menyala lebih terang.

- saklar klakson / lampu akan lebih awet.

Jumat, 07 November 2008

Jumat, 04 Juli 2008

SELALU ADA CINTA


Hari itu adalah kegembiraan kaum muslimin. Teriakan takbir membahana, membelah angkasa. 10 ribuan kaum muslimin memasuki Mekah.Para shahabat tersenyum dengan wajah yang penuh bahagia. Di tengah gemuruh kebahagiaan itu ada seorang penunggang unta yang begitu tawadhu’, merunduk sampai dagunya hampir menyentuh punuk untanya. Samar-samar terdengar tasbih, tahmid, dan istighfar dari lisannya. Dialah Rasulullah yang mulia.

Sementara itu di dalam kota Mekah, kecemasan menyelimuti penghuninya. Mereka khawatir dan takut kalau hari itu Muhammad melampiaskan kemarahannya atas perlakuan kafir Quraisy selama ini. Toh, saat itu pasukan Muhammad sedemikian banyak dan kuat untuk bisa dikalahkan. Diantara mereka ada yang membayangkan darah akan menggenangi kota suci. Diantara mereka ada yang melewati detik-detik itu dengan sangat lambat karena yakin hidupnya tak lama lagi.

Sampailah batas waktu yang mereka cemaskan. Kaum muslimin tiba di tengah kota Mekah. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika mendapatkan realita yang berbeda secara diametral dari kekhawatiran dan ketakukatannya. Rasulullah justru mengatakan “Siapa saja yang masuk Ka’bah, ia aman. Siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan ia aman. Siapa saja yang masuk rumah masing-masing ia aman.” Mendengar itu komunitas Quraisy terperangah, seakan tak percaya.

Demikianlah Rasulullah mengajarkan kepada kita. Beliau bukanlah seorang pendendam. Bukan pula orang yang mau melampiaskan kekesalannya pada saat mencapai kemenangan. Pada diri seorang muslim haruslah selalu ada maaf, selalu ada cinta.

Dan sejarah keteladanan itu selalu berulang ketika kaum muslimin dianugerahi kemenangan. Di Palestina, tatkala Umar bin Khattab membebaskan tanah suci ketiga itu beliau memaafkan begitu saja komunitas nasrani dan yahudi di sana. Beliau membiarkan gereja tetap berdiri. Bahkan kecintaannya pada seluruh umat berhasil membangkitkan toleransi dan kedamaian bagi penduduk kota tiga agama.

Hal yang sama terjadi pada Shalahudin Al-Ayyubi ketika memenangkan perang salib. Jika saja ia mau, teramat mudah untuk membunuh tawanan perang dan musuh-musuhnya sebagaimana pasukan salib menggenangi masjid dengan darah kaum muslimin. Namun perasaan cinta telah mengalahkan kebencian dan mengusir segala dendam. Selalu ada cinta. [Muchlisin]